Translate

Minggu, 25 September 2011

Vonis mati untuk arie...

Sudahlah rie !

Kamu hanyalah orang tak punya
Dunia mereka bukan dunia kita
Jangan neko-neko, jangan ngoyo
Janganlah selalu memilih berbeda

Ikuti saja arus, menjadi konsumen kapitalis
teruskan saja semua yg sedang kau kerjakan,
gantungkan tinggi-tinggi cita-cita yg selama ini kau idamkan
kau hanya penulis buku diary kusuhmu

jangan mimpi menulis buku
Jangan mimpi jadi budayawan, jangan mimpi jadi sastrawan
Jangan banyak macam
Jangan sok intelek
Dunia kita dunia berotot
Dunia mereka dunia berbobot

Sudahlah rie!
Kenapa aktif di organisasi ?
Bergabung lagi bersama kami 
Nongkrong di pinggir kali, main gitar sampai pagi
Berbagi rokok, main gapleh sampai ketiduran di pos ronda
Nonton organ tunggal di kampung sebelah
Jangan mikir yang tinggi-tingi nanti jatuh gedubrak hancur lebur
Jangan mikir yang neko-neko nanti masuk rumah sakit Grogol

Sudahlah rie !
kau hanya pemimpi
Jangan pikirkan nasib Indonesia
Biarkan manusia berdasi di gedung mewah itu yang mengurusi
Kita hanya orang kecil dan akan tetap kecil

Sudahlah rie !
Kamu itu gak bisa bikin puisi
kamu hanya menulis kata-kata minim makna minim kosakata
Barisan kata yang dipenggal-penggal dan diulang-ulang
Puisi itu sesuatu yang aneh
Barisan kata yang tidak bisa dimengerti maknanya
Oleh orang-orang bodoh seperti kita
Walau sudah dibaca seratus kali berturut-turut

Tulisan kamu gak bermutu, duniamu buntu
Kau beli koran saja sebulan sekali
Kau hanya menuliskan keluh kesah dan ketidak berdayaan
Kau hanya memberitakan segala senjang dan segala resah
Kau hanya menceritakan dirimu dengan segala kebodohan
Kau tak pernah bisa menjelma menjadi manusia lain
Tokoh-tokoh dalam ceritamu kau isi dengan dirimu sendiri

Payah kau,
Menyedihkan !

Sudahlah rie !
Menjadi pengeluh saja
Seperti kebanyakan warga Negara
Di koran, radio dan televisi
Hilangkan saja semangat tinggimu
Birokrasi tak akan pernah merubah diri
Kantor SAMSAT tak akan pernah menata hari
Lembar KTP tak akan pernah menjadi gratis
Realistis lah, jangan bermimpi !

Sudahlah rie !
Kenapa rajin baca buku ?
Toh kamu tetap disini, tak kemana-mana
kau tetap saja menjadi pemimpi
Tetap bersama imajinasi dan khalayalanmu
Presiden sudah ada, menteri masih banyak
PNS gak pensiun-pensiun, sarjana nganggur makin subur
Ngapain rajin baca koran dan buka situs internet

Sudahlah rie,
Negeri ini sudah sekarat, tak ada lagi yang bisa diperbaiki
Tikus kantor dari zaman kompeni, nepotisme dari zaman majapahit
Korupsi memang tradisi, budaya bangsa yang harus lestari
Jangan sok pintar mengurusi ummat.
Kau, tanggalkan jeans bolong kemarin subuh
Kau, buka Al Qur’an terjemahan kemarin zuhur

Kau, cukur rambut gondrongmu
Lagi pula,
Cita-cita yang kau tancapkan hanya fatamorgana
Sesuatu yang tak akan pernah tercapai.
Semu !
Maya !

Kau urusi saja dirimu, Sudah waktunya kau menggugat Tuhan
Cobaan yang menimpamu itu sudah terlalu. Ngaku saja kau!!
Bahwa kau sudah tak mampu lagi memikul cobaan yang ditimpakan
Saatnya mogok makan, saatnya pecahkan piring, saatnya berteriak lantang
Jangan lagi kau berkata, Bocah Palestina mendapat ujian jauh lebih berat
Jangan lagi kau berkata, manusia Chechnya mampu bertahan di kedinginan
Lihatlah saudagar Arab Saudi yang kekayaannya melimpah ruah
Lihatlah Pangeran Brunei atau PutriJordania

Sudahlah rie,
menjadi Arie Satria Pratama Saja,-
Menjadi orang kebanyakan
Kita orang kecil
Dan akan tetap kecil
Selesai....

Kamis, 22 September 2011

-Sudahi tanggismu bunda...

Kuambil secarik kertas
Yang tercecer di kamarku
Tuk tuliskan Suara bathinku
Kepada kau pejuang hidupku

Jauh sebelum ku ada
Kau telah berjasa
Berikan apa yang hanya untukku saja

Teringat waktu itu
Kasih sayangmu menembus jiwa
sungguh rasa hormatku teramat besar padamu
hingga ku tak rela jikalau ada yg membuatmu menanggis
ingin rasanya ku binasakan siapa saja yg sampai,
membuat mutiara menetes dari kedua mata indahmu

sungguh bunda... kau adalah kehormatanku
bahkan kepalakku, ku letakan di telapak kakimu
kau harga diriku..

Kini ku termenung terpaku
setiap pagi harus mendengar jerit dan tanggismu
ingin rasanya ku gali kuburan untuk adikku sendiri
ku pahat batu nisannya dengan tangganku sendiri
merasa sudah besar dia skrg
sudah bisa membuatmu menanggis
bahkan setiap nasihat darimu di balas bentak kasarnya

andai saja bunda..
kau relakan aku..
kan ku patahkan batang lehernya di hadapanmu
tak sanggupku melihatmu selalu menanggis
batinku menjerit kesakitan setiap mendengar rintihan tanggismu

bunda...kalau saja dia bukan adikku
buah hati darimu juga..
tanggan ini yang akan membela harga dirimu..
kan ku minum darahnya..
untukmu...


Rabu, 14 September 2011

Akhir cerita cinta....



entah mengapa aku masih menikmati rasa sakit ini..
luka ini semakin membuat ku menikmati rasanya..
pedih...
pedih kenikmatan yang membuatku smakin getir..

kini segalanya kuukir dalam hati
tentang getir yang bernyanyi
atau tentang perih yang menari

pun begitu
biarlah semua rasa itu kunikmati
meskipun telah habis airmata
karena sebuah cinta yang kuberi untukmu

sandiwara kah yang kau mulai denganku..
setelah sekian lama kita bersama..
entah dimana ku sembunyikan rasa malu...

kini ku lalui setiap hariku sepi
tanpamu lagi..

biarkan kini ku berdiri...
melawan waktu...
walau...
perih hati...
ku coba tuk bertahan...

Terimakasih karena telah menghadirkan rasa di dalam hatiku,meskipn ku harus terjatuh brulang kali,dan mungkn takkan ku ganti smpai nanti, sampaiku mati...
ak cinta luka ini...

Senin, 12 September 2011

Serpihan hati...

Serpihan hati....
september kelabu, 2007...air mata,
beibet cinta yang terabaikan, kesatria sebelum cahaya,
ku ralapi kisahku dengan air mata..ku renungi kisah kita dengan tanggis sendu..hati ini terlalu sakit..karna cintamu..seprihan demi serpihan luka ku rasa..kepingan demi kepingan tentang kita ku ingat...semakin ku kenang semakin sakit hati ini...tapi mengap??
sampai sekarang aku masih bisa mencintaimu..pilur-pilur luka meleleh..harapan cinta mengental..mencoba mengundaki tanggis...dan mengapus air mata di pipi...
mengapa??
luka ini membuatku makin cinta..kapankah air mata ini menjadi air mata yg bening dan tak keruh...
kapankah derai tanggisku terthenti menjadi setetes dan terakhir...
seharusnya tak perlu tanggisi..harusnya ku kuat..
harusnya tak perlu ku pertaruhkan air mata ini..
hanya demi satu kenangan dan masa yang telah pergi...
tapi mengapa??
mengapa sampai sekarang aku tak bisa melupakannya..
mengapa terus an menumpah air mata
yang perihkan hati ini...
hatiku kini menjadi perasa..
air mata ini jatuh..
jatuh untuk cinta yang telah mengabaikanku..
mataku yang menjadi saksi..
bagaimana air mataku jatuh untuknya..
air mataku terus jatuh..
terlalu banyak dan berderai...
terlalu lama menetes dan terus menumpah..
aku sendiri..
berasama keluh kesah ku..
yang tengelam oleh suara tanggisku
bersama serpihan hati yang akan ku bawa..
sampai...
aku...
mati...